Selasa, 14 April 2009

Melihat kedepan sejenak melupakan masa lalu !!!!

AKU BAHAGIA GOIB WALAUPUN SAKIT RASANYA

Apakah kamu mengakui pikiran-pikiran di bawah ini?

“Seandainya aku tidak melakukan itu”.

“Aku berharap aku sudah mengatakan sesuatu yang lain”.

“Aku seharusnya bertindak yang berbeda”.

“Aku menyesal melakukan itu”.

“Seandainya aku masih bisa lagi melakukan itu semua”.

Pikiran-pikiran semacam ini sering mendatangi kita di pagi-pagi buta saat kita mempunyai waktu untuk merenungkan kesulitan-kesulitan kita. Kita semua berada di dalam kegelapan yang mencemaskan, dan menyalahkan diri sendiri atas apa yang telah terjadi dengan harapan bahwa kita melakukan sesuatu yang berbeda.


Kita semua bisa menengok ke masa lalu dan menyesali tindakan-tindakan kita namun kita tidak sanggup mengubah masa lalu
.
Apabila kita terus terbebani oleh pikiran tentang apa yang mesti tidak dan tidak kita lakukan, maka hidup kita akan sengsara dan harga diri kita akan menjadi sangat rendah.
Berhentilah menyalahkan dirimu, yang sudah lalu biarlah berlalu, ingat, kamu sudah melakukan yang terbaik sesuai kemampuanmu, dan sekarang songsonglah masa depan yang lebih baik.

Senin, 13 April 2009

Perbedaan sebagai kambing hitam ?????? hmmmfh


Banyak orang yang berkeluh kesah tentang kegagalan cintanya hanya oleh satu kata, perbedaan.

Satu teman gagal melanjutkan percintaannya ke jenjang yang lebih tinggi hanya karena berbeda agama. Satu teman lagi harus bubar rumah tangganya dengan alasan berbeda etnik.

Aku sendiri tak tahu kenapa orang begitu gampang menjadikan perbedaan sebagai kambing hitam. Seharusnya orang bisa memikirkan itu dari sejak awal memiliki niat meningkatkan hubungan rasa.

Seringkali kita melupakan untuk berpikir jernih ketika sebuah rasa telah hinggap di hati. Ungkapan tak kenal maka tak sayang sepertinya sudah mulai luntur dari benak kita. Yang sering terjadi malah sudah sayang tapi belum kenal. Kenal yang aku maksud ini bukannya sekedar kenal nama atau report body semata. Tapi kenal lahir batin dalam arti yang sebenarnya.

Itu teramat susah di jaman internet seperti sekarang ini dimana pertemuan cukup dilakukan melalui messenger. Dan ketika sudah ada terpaan rasa, kita seringkali berusaha keras untuk menyembunyikan sesuatu dalam diri yang dianggap buruk dan bisa mengganggu proses pedekate. Ini sebuah ketidakjujuran umum yang menjadi penyakit di suatu saat nanti.
Kenapa kita harus menyalahkan perbedaan bila dari awalnya saja kita sudah salah langkah. Padahal perbedaan adalah nikmat yang harus disyukuri. Manusia diciptakan berbeda-beda untuk saling melengkapi. Sandal jepit saja tidak akan nyaman kita kenakan bila kanan semua.
Bagaimana cara kita menyiasati perbedaan?
Sepertinya hanya kejujuran jawabannya.


Perlukah mengungkap masa lalu???


Ketika suatu hubungan tidak dilandasi oleh kejujuran, kemunafikan akan semakin meraja-rela. Itulah pentingnya kejujuran dan kebenaran tetapi kita terkadang tidak melakukanya dengan pasangan kita. Misalnya, kegagalan memberitahu seluruh cerita dibelakang hubungan seksual masa lalu tidak membebaskan diri anda dari tuduhan pembohong.

Setiap orang ingin menemukan pasangan hidup, kita ingin merasa mencintai dengan sepenuh hati. Tetapi ketika kita melakukan, kita lupa
rule of the gamenya adalah baru. Kenyataannya, istilah “rule” tidak lagi tersedia. Sehingga kejujuran seringkali terlupakan padahal itu penting.

Saling menanamkan kepercayaan dalam hubungan, memberikan pandangan umum bahwa ikatan itu penting, jujur apa adanya dan memberitahukan masa lalu, menjamin dirinya mengetahui secara penuh dan jangan meninggalkan rasa penasaran.

Masalah hubungan masa lalu akan memiliki pengaruh pada catatan anda dengan pasangan
yang ingin anda habiskan sisa hidup bersamannya. Pengalaman akan membentuk anda. Ia perlu tahu apa yang mempengaruhi anda dan apa yang telah membuat anda seperti sekarang.

Setiap pasangan yang anda berkomitmen untuk bersama, memiliki hak untuk mengetahui seseorang yang anda jatuh cinta bersamanya. Siapa dia dalam mata anda? Apakah ia yang sebenarnya atau hanya gambaran yang ingin melindungi diri sendiri?

Sebaliknya ketika kita menyembunyikan sesuatu di masa lalu dari pasangan atau hanya “lupa” mengatakannya, anda akan telihat bersalah ketika hal itu muncul dalam hubungan. Dan ini bisa saja terjadi.  Ketika anda tampil dengan kejujuran dalam suatu hubungan dimana investasi
emosional adalah sangat besar, anda akan memulainya dengan penuh kesegaran.Anda akhirnya akan menyimpan mesa lalu dibelakang dan menunjukkan siapa diri anda sebenarnya. Jika ia mencintai anda lebih sebagai suatu hasil, anda telah menang dan pasangan hidup yang mungkin telah didepan mata. Jangan biarkan dia pergi dan lakukan hal yang tepat!

Jumat, 10 April 2009

Renungan Di saat Sulit (GOIB)


“When your dreams turn to dust, vacuum” ~Author Unknown

Kapan terakhir kali impian Anda hancur berkeping-keping?

Kapan terakhir kali Anda melihat harapan Anda menjadi debu?

Sesuai anjuran di atas, daripada kita berlama-lama meratapi dan bermandi debu, yang malah bisa membawa masalah lain, sedotlah debu tersebut dengan vacuum cleaner!Get over it! Move on!Ini sama seperti anjuran bijak klasik yang mengatakan persoalannya bukan apakah kita jatuh atau tidak, tapi seberapa lama kita berada di bawah.Kalau kita mau melihat ke belakang kita mungkin sudah tidak bisa menghitung lagi berapa kali impian kita hancur saking banyaknya, dan setiap kali pula kita seolah sudah tahu bahwa meratapi kegagalan tersebut tidak berguna. 
Pertanyaannya bukan apakah kita boleh meratapi atau tidak, karena kekesalan, kekecewaan, kemarahan, kesedihan, dan sejenisnya, adalah alami. Pertanyaannya adalah seberapa lama kita akan membawa impian yang hancur ini menjadi bagian dari hidup kita, untuk kemudian kita lahirkan menjadi ketidakpercayaan diri, dendam, sakit hati, stress, depresi berkepanjangan, dan lain-lain.
Mekanisme pertahanan tubuh kita seolah sudah diprogram, bahwa ketika sebuah masalah besar datang, kita akan menghadapi 2 situasi: kita mati, atau bertambah kuat. Jadi kalau impian kita yang sekarang mati dan kita tidak mati bersamanya, maka hanya kemungkinan kedua yang eksis, yakni kita bertambah kuat.
Untuk direnungkan: berapa lama kita MEMILIH untuk meratapi impian kita yang telah jadi debu? 
“It's not that I'm so smart, it's just that I stay with problems longer” ~Albert Einstein
Kita mungkin sudah sangat sering mendengarkan kisah-kisah heroik mengenai para tokoh yang dengan gagahnya bisa melewati berbagai hambatan atau masa-masa sulit, dan pada akhirnya bisa berseru kegirangan dalam kesuksesan mereka.
Sure, itu kisah-kisah yang luar biasa, karena itu pula beberapa dari kita juga berpendapat bahwa itu terjadi kerena para tokoh itu orang luar biasa dan mereka hanya biasa saja.
Kembali lagi, saya mau mengajak sahabat sekalian untuk melihat kembali ke belakang sejenak.
Ada PR di masa sekolah yang dengan sedikit atau banyak paksaan, melalui godaan ngantuk, TV, main, dll, kita akhirnya bisa selesaikan dan dapat nilai yang lebih baik.
Ada pekerjaan yang dengan sedikit lebih banyak paksaan, melalui keletihan fisik dan mental, terselesaikan juga, bahkan kadang menghasilkan sesuatu yang luar biasa, bahkan kadang kita sendiri bertanya “Bagaimana saya bisa melakukan ini?”
Ada situasi, yang dengan sedikit lebih banyak usaha untuk mengontrol emosi, bisa lebih kondusif, dan kita juga berkata “untung tadi saya tahan emosi saya”
Atau saat kita berada di ujian dalam hubungan kita dengan lawan jenis, dan saat dengan sedikit usaha ekstra melalui masalah tersebut, kita hari ini bisa mempertahankan hubungan tersebut.
Kita akan menemukan beberapa, mungkin juga banyak bukti bahwa dengan bertahan dalam masalah kita bisa meraih kemenangan yang lebih manis.
Seperti kata Einstein di atas, seberapa lama kita bersedia MEMILIH untuk bertahan dan menghadapi masalah?
Seberapa besar usaha ekstra yang ingin kita keluarkan?
Seberapa berharga hasil yang ingin kita peroleh sehingga kita MEMILIH akan bertahan seberapa lamapun dalam masalah tersebut?