“When your dreams turn to dust, vacuum” ~Author Unknown
Kapan terakhir kali impian Anda hancur berkeping-keping?
Kapan terakhir kali Anda melihat harapan Anda menjadi debu?
Sesuai anjuran di atas, daripada kita berlama-lama meratapi dan bermandi debu, yang malah bisa membawa masalah lain, sedotlah debu tersebut dengan vacuum cleaner!Get over it! Move on!Ini sama seperti anjuran bijak klasik yang mengatakan persoalannya bukan apakah kita jatuh atau tidak, tapi seberapa lama kita berada di bawah.Kalau kita mau melihat ke belakang kita mungkin sudah tidak bisa menghitung lagi berapa kali impian kita hancur saking banyaknya, dan setiap kali pula kita seolah sudah tahu bahwa meratapi kegagalan tersebut tidak berguna.
Pertanyaannya bukan apakah kita boleh meratapi atau tidak, karena kekesalan, kekecewaan, kemarahan, kesedihan, dan sejenisnya, adalah alami. Pertanyaannya adalah seberapa lama kita akan membawa impian yang hancur ini menjadi bagian dari hidup kita, untuk kemudian kita lahirkan menjadi ketidakpercayaan diri, dendam, sakit hati, stress, depresi berkepanjangan, dan lain-lain.
Mekanisme pertahanan tubuh kita seolah sudah diprogram, bahwa ketika sebuah masalah besar datang, kita akan menghadapi 2 situasi: kita mati, atau bertambah kuat. Jadi kalau impian kita yang sekarang mati dan kita tidak mati bersamanya, maka hanya kemungkinan kedua yang eksis, yakni kita bertambah kuat.
Untuk direnungkan: berapa lama kita MEMILIH untuk meratapi impian kita yang telah jadi debu?
“It's not that I'm so smart, it's just that I stay with problems longer” ~Albert Einstein
Kita mungkin sudah sangat sering mendengarkan kisah-kisah heroik mengenai para tokoh yang dengan gagahnya bisa melewati berbagai hambatan atau masa-masa sulit, dan pada akhirnya bisa berseru kegirangan dalam kesuksesan mereka.
Sure, itu kisah-kisah yang luar biasa, karena itu pula beberapa dari kita juga berpendapat bahwa itu terjadi kerena para tokoh itu orang luar biasa dan mereka hanya biasa saja.
Kembali lagi, saya mau mengajak sahabat sekalian untuk melihat kembali ke belakang sejenak.
Ada PR di masa sekolah yang dengan sedikit atau banyak paksaan, melalui godaan ngantuk, TV, main, dll, kita akhirnya bisa selesaikan dan dapat nilai yang lebih baik.
Ada pekerjaan yang dengan sedikit lebih banyak paksaan, melalui keletihan fisik dan mental, terselesaikan juga, bahkan kadang menghasilkan sesuatu yang luar biasa, bahkan kadang kita sendiri bertanya “Bagaimana saya bisa melakukan ini?”
Ada situasi, yang dengan sedikit lebih banyak usaha untuk mengontrol emosi, bisa lebih kondusif, dan kita juga berkata “untung tadi saya tahan emosi saya”
Atau saat kita berada di ujian dalam hubungan kita dengan lawan jenis, dan saat dengan sedikit usaha ekstra melalui masalah tersebut, kita hari ini bisa mempertahankan hubungan tersebut.
Kita akan menemukan beberapa, mungkin juga banyak bukti bahwa dengan bertahan dalam masalah kita bisa meraih kemenangan yang lebih manis.
Seperti kata Einstein di atas, seberapa lama kita bersedia MEMILIH untuk bertahan dan menghadapi masalah?
Seberapa besar usaha ekstra yang ingin kita keluarkan?
Seberapa berharga hasil yang ingin kita peroleh sehingga kita MEMILIH akan bertahan seberapa lamapun dalam masalah tersebut?